Friday, March 17, 2017

tugas-epidemiologi

HIPERTENSI
Mencegah dan Mengontrol Hipertensi Agar Terhindar dari Kerusakan Organ Jantung, Otak dan Ginjal

Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Betapa tidak, hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer kesehatan. Hal itu merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%, sesuai dengan data Riskesdas 2013. Di samping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat meskipun obat-obatan yang efektif banyak tersedia.
Definisi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai. Banyak pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol dan jumlahnya terus meningkat. Oleh karena itu, partisipasi semua pihak, baik dokter dari berbagai bidang peminatan hipertensi, pemerintah, swasta maupun masyarakat diperlukan agar hipertensi dapat dikendalikan.
Teknik Pengukuran Tekanan Darah
Menurut American Heart Association {AHA}, penduduk Amerika yang berusia diatas 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya. Hipertensi merupakan silent killer dimana gejala dapat bervariasi pada masing-masing individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya. Gejala-gejalanya itu adalah sakit kepala/rasa berat di tengkuk, mumet (vertigo), jantung berdebar-debar, mudah Ieiah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan.
Tabel 1
 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC* VII, 2003
* JNC National Committee on the prevention, detection, evaluation and treatment of high blood pressure, yang berpusat di Am erika
Faktor resiko Hipertensi adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, genetik (faktor resiko yang tidak dapat diubah/dikontrol), kebiasaan merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah, kebiasaan konsumsi minum-minuman beralkohol, obesitas, kurang aktifitas fisik, stres, penggunaan estrogen.
Ada pun klasifikasi hipertensi terbagi menjadi:
1)  Berdasarkan penyebab
a.                Hipertensi Primer/Hipertensi Esensial
Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hid up seperti kurang bergerak (inaktivitas) dan pola makan. Terjadi pada sekitar 90% penderita hipertensi.
b.                   Hipertensi Sekunder/Hipertensi Non Esensial
Hipertensi yang diketahui penyebabnya. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB). 

2) Berdasarkan bentuk Hipertensi
Hipertensi diastolik {diastolic hypertension}, Hipertensi campuran (sistol dan diastol yang meninggi), Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension).
Terdapatjenis hipertensi yang lain:
1. Hipertensi Pulmonal
 Suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah pada pembuluh darah arteri paru-paru yang menyebabkan sesak nafas, pusing dan pingsan pada saat melakukan aktivitas. Berdasar penyebabnya hipertensi pulmonal dapat menjadi penyakit berat yang ditandai dengan penurunan toleransi dalam melakukan aktivitas dan gagal jantung kanan. Hipertensi pulmonal primer sering didapatkan pada usia muda dan usia pertengahan, lebih sering didapatkan pada perempuan dengan perbandingan 2:1, angka kejadian pertahun sekitar 2-3 kasus per 1 juta penduduk, dengan mean survival sampai timbulnya gejala penyakit sekitar 2-3 tahun.
Kriteria diagnosis untuk hipertensi pulmonal merujuk pada National Institute of Health; bila tekanan sistolik arteri pulmonalis lebih dari 35 mmHg atau "mean"tekanan arteri pulmonalis lebih dari 25 mmHg pada saat istirahat atau lebih 30 mmHg pada aktifitas dan tidak didapatkan adanya kelainan katup pad a jantung kiri, penyakit myokardium, penyakit jantung kongenital dan tidak adanya kelainan paru.
2. Hipertensi Pada Kehamilan
Pada dasarnya terdapat 4 jenis hipertensi yang umumnya terdapat pada saat kehamilan, yaitu:
a. Preeklampsia-eklampsia atau disebut juga sebagai hipertensi yang diakibatkan kehamilan/keracunan kehamilan ( selain tekanan darah yang meninggi, juga didapatkan kelainan pada air kencingnya ). Preeklamsi adalah penyakit yang timbul dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan.
b. Hipertensi kronik yaitu hipertensi yang sudah ada sejak sebelum ibu mengandung janin.
c. Preeklampsia pada hipertensi kronik, yang merupakan gabungan preeklampsia dengan hipertensi kronik.
d. Hipertensi gestasional atau hipertensi yang sesaat.
Penyebab hipertensi dalam kehamilan sebenarnya belum jelas. Ada yang mengatakan bahwa hal tersebut diakibatkan oleh kelainan pembuluh darah, ada yang mengatakan karena faktor diet, tetapi ada juga yang mengatakan disebabkan faktor keturunan, dan lain sebagainya.




GAMBAR 2
 Prevalensi Hipertensi berdasarkan Pengukuran Tekanan Darah

*Balas ambang sistole diastole Sumber: Riskesdas 2007, Riskesdas 2013, Balitbangkes, Kemenkes
Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah, prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas tahun 2007 di Indonesia adalah sebesar 31,7%. Menurut provinsi, prevalensi hipertensi tertinggi di Kalimantan Selatan (39,6%) dan terendah di Papua Barat (20,1%).
Sedangkan jika dibandingkan dengan tahun 2013 terjadi penurunan sebesar 5,9% (dari 31,7% menjadi 25,8%). Penurunan ini bisa terjadi berbagai macam faktor, seperti alat pengukur tensi yang berbeda, masyarakat yang sudah mulai sadar akan bahaya penyakit hipertensi. Prevalensi tertinggi di Provinsi Bangka Belitung (30,9%), dan Papua yang terendah (16,8)%). Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4 persen, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9,5 persen. Jadi, ada 0,1 persen yang minum obat sendiri.
Selanjutnya gambaran di tahun 2013 dengan menggunakan unit analisis individu menunjukkan bahwa secara nasional 25,8% penduduk Indonesia menderita penyakit hipertensi. Jika saat ini penduduk Indonesia sebesar 252.124.458 jiwa maka terdapat 65.048.110 jiwa yang menderita hipertensi. Suatu kondisi yang cukup mengejutkan. Terdapat 13 provinsi yang persentasenya melebihi angka nasional, dengan tertinggi di Provinsi Bangka Belitung (30,9%) atau secara absolut sebanyak 30,9% x 1.380.762jiwa = 426.655 jiwa.
Secara absolut jumlah penderita hipertensi di 5 provinsi dengan prevalensi hipertensi tertinggi berdasarkan Hasil Riskesdas 2013 adalah sebagai berikut: 
*berdasarkan estimasi penduduk sasaran program pembangunan kesehatan tahun 2014, Pusdatin
Contoh perhitungan: Bangka Belitung: 30,9%x 1.380.762jiwa =426.655 jiwa 
Secara absolut jumlah penderita hipertensi di 5 provinsi yang terendah berdasarkan
hasil Riskesdas 2013 adalah sebagai berikut:
Tabel 3
  5 Provinsi dengan Prevalensi Hipertensi Terendah dalam Jumlah Absolut (Jiwa)
*berdasarkan estimasi penduduk sasaran program pembangunan kesehatan tahun 2014, Pusdatin



GAMBAR 3 Prevalensi Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin

Sumber: Riskesdas 2007 & 2013, Balitbangkes, Kemenkes
Berdasarkan tabel di atas prevalensi hipertensi berdasarkan jenis kelamin tahun 2007 maupun tahun 2013 prevalensi hipertensi perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki. Adapun komplikasi dari penyakit hipertensi adalah Penyakit Jantung Koroner (PJK) GagaI Ginjal dan Stroke.
GAMBAR 4
 Prevalensi PJK*) Umur 15 Tahun Berdasarkan Wawancara Menurut Provinsi
* PJK =Penyakit Jantung Koroner
Sumber: Riskesdas 2013, Balitbangkes, Kemenkes
Grafik di atas menunjukkan angka nasion aI prevalensi PJ K umur <::15 tahun berdasarkan wawancara sebesar 1,5%. Provinsi Nusa Tenggara Timur mempunyai prevalensi hipertensi yang tertinggi (4,4%} dan Provinsi Riau mempunyai prevalensi terendah (0,3%).
GAMBAR 5 
Prevalensi Gagal Ginjal kronis 15 Tahun berdasarkan Diagnosis Dokter menurut Provinsi
Sumber: Riskesdas 2013, Balitbangkes, Kemenkes
Berdasarkan grafik diatas prevalensi nasional penderita gagal ginjal kronis sebesar 0,2%. Adapun provinsi yang mempunyai prevalensi tertinggi adalah Sulawesi Tengah (0,5%) dan ada 7 provinsi yang mempunyai prevalensi terendah. Dan berdasarkan gambaran di tahun 2013 dengan menggunakan unit analisis individu menunjukkan bahwa secara nasional 0,2% penduduk Indonesia menderita penyakit gagal ginjal kronis. Jika saat ini penduduk Indonesia sebesar 252.124.458 jiwa maka terdapat 504.248 jiwa yang menderita gagal ginjal kronis (0,2% x 252.124.458 jiwa* = 504.248 jiwa). Suatu kondisi yang cukup mengejutkan.
*Berdasarkan estimasi penduduk sasaran program pembangunan kesehatan tahun 2014
GAMBAR 6 
Kecenderungan Prevalensi Stroke per 1.000 Penduduk*) menurut Provinsi
 * Ditentukan menurut jawaban responden yang pernah ditentukan oleh nakes dan gejala Sumber: Riskesdas 2007, Riskesdas 2013, Balitbangkes. Kemenkes
Dari tabel di atas terjadi peningkatan prevalensi Stroke sebesar 3,8% (dari 8,3% menjadi 12,1%). Untuk tahun 2007 Provinsi Aceh mempunyai kecenderungan prevalensi Stroke yang paling tinggi dibandingkan provinsi lain (16,6%), dan Provinsi Papua merupakan yang terendah (3,8%). Sedangkan untuk tahun 2013 Sulawesi Selatan prevalensi Stroke- nya merupakan yang palingtertinggi (17,9%) dan Provinsi Riau yangterendah (5,2%).
Adapun secara absolut jumlah penduduk Indonesia yang menderita stroke 12,1% x 252.124.458 jiwa* = 3.050.949 jiwa. 
*Berdasarkan estimasi penduduk sasaran program pembangunan kesehatan tahun 2014
Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan menggunakan obat-obatan ataupun dengan cara modifikasi gaya hidup. Modifikasi gaya hidup dapat dilakukan dengan membatasi asupan garam tidak lebih dari X - }) sendok teh (6 gram/hari), menurunkan berat badan, menghindari minuman berkafein, rokok, dan minuman beralkohol. Olah raga juga dianjurkan bagi penderita hipertensi, dapat berupa jalan, lari, jogging, bersepeda selama 20-25 menit dengan frekuensi 3-5 x per minggu. Penting juga untuk cukup istirahat (6-8 jam) dan mengendalikan stress. Untuk pemilihan serta penggunaan obat-obatan hipertensi disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter keluarga anda.
Ada pun makanan yang harus dihindari atau dibatasi oleh penderita hipertensi adalah:
1)    Makanan yang berkadar lemakjenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak kelapa, gajih).
2)    Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit, crackers, keripikdan makanan keringyangasin).
3)    Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink).
4)    Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang, udang kering, telur asin, selai kacang).
5)    Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam).
6)    Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandunggaram natrium.
7)    Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.
Di Indonesia terdapat pergeseran pol a makan, yang mengarah pad a makanan cepat saji dan yang diawetkan yang kita ketahui mengandung garam tinggi, lemak jenuh, dan rendah serat mulai menjamurterutama di kota-kota besar di Indonesia.
Dengan mengetahui gejala dan faktor risiko terjadinya hipertensi diharapkan penderita dapat melakukan pencegahan dan penatalaksanaan dengan modifikasi diet/gaya hidup ataupun obat-obatan sehingga komplikasi yang terjadi dapat dihindarkan.

Pusat Data dan lnformasi
Kementerian Kesehatan Rl
Jl. HR Rasuna Said Blok X5 Kav. 4-9 Lantai 6 Blok C Jakarta Selatan



No comments:

Post a Comment